Sabtu, 16 Januari 2016

Cerita Rakyat (Arya Penangsang)



Arya penangsang lahir di Demak Bintara. Bapaknya bernama Suryawiyata atau Raden Kikin atau bisa disebut juga Pangeran Sekar. Sebelum Arya Penangsang lahir, terjadi gejolak politik di Demak Bintara yaitu perebutan kekuasaan. Sebelumnya, Demak Bintara dipimpin oleh Raden Patah. Raden Patah mempunyai anak yaitu yang pertama Pangeran Pati Unus (oleh orang portugis),  yang kedua Suryawiyata, dan yang ketiga Sultan Trenggana. Setelah Raden Patah meninggal, seharusnya tahta dipimpin oleh anak yang pertama. Namun, karena Pangeran Pati Unus meninggal di malaka setelah melawan portugis, Seharusnya tahta jatuh ke tangan Suryawiyata anak yang kedua. Tetapi tidak tau para Sunan, bagaimana keputusannya. Mungkin karena ada gejolak politik perebutan kekuasaan.
Akhirnya Sunan Bonang membuat sayembara, “ siapa yang berhasil menduduki kursi Raden patah, maka dialah yang akan menjadi raja”. Dan akhirnya Sultan Trenggana yang berhasil menduduki kursi Raden Patah. Melihat Sultan Trenggana berhasil menduduki kursi Raden Patah, Suryawiyata tidak terima. Karena seharusnya yang menduduki kursi Raden Patah adalah beliau. Dan akhirnya, Suryawiyata meminta tusuk konde Ibu Nyai Sunan Kudus untuk di jadikan pusaka. Dan pusaka tersebut diberi nama Kyai Brongot Setan Kober. Pusaka tersebut digunakan untuk membunuh Sultan Trenggana.
Sultan Trenggana mempunyai anak yaitu Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Sunan Mukmin mengetahui kalau Sunan Trenggana akan dibunuh. Kemudian Sunan Mukmin ingin mencuri pusaka Kyai Brongot Setan Kober. Pusaka tersebut disimpan oleh Ibu Nyai Sunan Kudus. Lalu Sunan Mukmin (Sunan Prawata) berpura-pura mencintai Ibu Nyai Sunan Kudus agar bisa mencuri pusaka tersebut. Ibu Nyai Sunan Kudus di ajak selingkuh. Kemudian Sunan Mukmin (Sunan Prawata) menanyakan dimana pusaka tersebut disimpan. Ibu Nyai Sunan Kudus pun memberitahu dimana ia menyimpannya. Setelah mengetahuinya, diambillah pusaka itu oleh Sunan Mukmin. Setelah mendapatkan pusaka tersebut, Sunan Mukmin (Sunan Prawata) pun berangkat untuk membunuh Suryawiyata/Pangeran Sekar setelah shalat jum’at. Sebelum membunuh Suryawiyata, Sunan Mukmin (Sunan Prawata) sudah diberitahu, kalau membunuh Suryawiyata jangan sampai mengenai istrinya. Karena istri Suryawiyata sedang mengandung Arya Penangsang. Kejadian pembunuhan terjadi di dekat sungai/kali. Sunan Mukmin (Sunan Prawata) menusuk Suryawiyata dari belakang, dan darahnya moncrat mengenai mata Sunan Mukmin (Sunan Prawata) dan matanya menjadi remang-remang sehingga Sunan Mukmin (Sunan Prawata) menjadi buta.
Ketika ditusuk, Suryawiyata bersama dengan istrinya dan memeluk istrinya. Sehingga tembus mengenai istrinya. Lalu Suryawiyata dan Istrinya meninggal. Sebelum meninggal istri Suryawiyata sempat lari dan bertemu dengan Sunan Kudus. Ketika itu istri Suryawiyata mau melahirkan. Sebelumnya, istri Suryawiyata menceritakan semua kejadian itu kepada Sunan Kudus. Setelah itu Arya Penangsang lahir. Ketika Arya Penangsang lahir, ari-arinya masih melekat pada tubuhnya dan belum dipotong. Lalu Arya Penangsang dibawa lari oleh Sunan Kudus ke Jipang. Sebelumnya, Raden Patah (kakek Arya Penangsang) adalah menantu Bupati Jipang. Arya Penangsang di Jipang menduduki sebagai eyang buyut dari Raden Patah. Ketika itu Arya Penangsang masih kecil. Sebelum Arya Penangsang dewasa, pemerintahan kekuasaan dipegang oleh Patih Mantahun. Di Jipang, Arya Penangsang di asuh oleh Mbok Ban Agung. Lambat laun Arya Penangsang tumbuh menjadi dewasa. Setelah dewasa, Arya Penangsang diceritakan oleh Sunan Kudus semua tentang kejadian yang menimpa kedua orang tuanya sebelum dia lahir. Sebenarnya Arya Penangsang adalah anak yang alim dan sopan. Lalu setelah mendengar cerita dari Sunan Kudus, Arya Penansang menjadi panas dan menjadi anak yang pendendam.
Kemudian pada suatu malam, Arya Penangsang mengirim pasukan sureng yang dipimpin oleh Rangkud untuk pergi ke Demak dan membunuh Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Ketika sampai disana, terjadilah perang dan pasukan sureng yang dipimpin oleh Rangkud berhasil membunuh Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Sebelum meninggal, Sunan Mukmin (Sunan Prawata) sempat membunuh Rangkud. Jadi, Sunan Mukmin (Sunan Prawata) mati Rangkud pun juga ikut mati karena dibunuh oleh Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Setelah Sunan Mukmin (Sunan Prawata) mati, Ratu Kalinyamat adik Sunan Mukmin (Sunan Prawata) lari ke Gunung Danaraja, Jepara. Ratu kalinyamat juga mempunyai dendam dengan Arya Penangsang karena telah membunuh Sunan Prawata. Ratu Kalinyamat lalu bertapa tanpa busana di Gunung Danaraja. Dan dia tidak akan turun, sebelum dia mandi darahnya Arya Penangsang. Setelah Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Mukmin (Sunan Prawata), karena disitu ada persaingan politik antara Jipang dan Pajang untuk merebutkan kekuasaan Demak Bintara. Sebelumnya Arya Penangsang berada di Blambangan Lasem Tuban, sebelum memimpin Jipang.
Setelah Sunan Mukmin meninggal timbul dendam. Karena Sunan Kudus mempunyai murid lain yaitu Adipati Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir/Mas Karebet) yang merupakan menantu Sultan Trenggana dan seorang Bupati di Pajang. Adipati Sultan Hadiwijaya mempunyai anak angkat yaitu Danang Sutawijaya (anak daripada Pamanahan), Pamanahan adik ipar daripada Ki Juru Martani. Setelah itu terjadi geolak politik perebutan kekuasaan Demak Bintara dan saling beradu ilmu. Sunan Kudus mempunyai murid kesayangan yaitu Arya Penangsang, karena tau sejarahnya. Adipati Sultan Hadiwijaya perang melawan Arya Penangsang dan saling beradu ilmu untuk merebutkan kekuasaan Demak Bintara. Setalah terjadi gejolak politik, dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Adipati Sultan Hadiwijaya mampir singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Sebelum sampai di tempat Ratu kalinyamat bertapa, Adipati Sultan Hadiwijaya berganti pakaian rakyat biasa untuk menyamar supaya tidak diketahui oleh orang-orang Jipang. Adipati Sultan Hadiwijaya berserta Ki Ageng Pamanahan dan prajurit yang sudah dipilih berangkat ke Gunung Danaraja untuk menemui Ratu Kalinyamat yang sedang bertapa. Mereka menyamar sebagai pedagang keliling.
Akhirnya, Adipati Sultan Hadiwijaya sampai di Gunung Danaraja. Kedatangan Adipati Sultan Hadiwijaya beserta rombongan menimbulkan kecurigaan dari beberapa prajurit  Pajang  yang berjaga dimulut Gua. Namun, tanpa sengaja Adipati Sultan Hadiwijaya dikenali oleh prajurit Pajang. Setelah mengetahui kalau yang menyamar itu Adipati Sultan Hadiwijaya, prajurit Pajang langsung mempersilakan masuk. Lalu Adipati Sultan Hadiwijaya segera menemui Ratu Kalinyamat. Kemudian Ratu Kalinyamat menceritakan semua kejadian yang dulu menimpa Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Ratu Kalinyamat mendesak Adipati Sultan Hadiwijaya agar segera menumpas Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat mengaku sebagai pewaris tahta Sunan Mukmin (Sunan Prawata) dan berjanji akan memberikan Demak dan Jepara jika Adipati Sultan Hadiwijaya berhasil mengalahkan dan membunuh Arya Penangsang.
Kemudian rombongan Adipati Sultan Hadiwijaya pulang ke Pajang. Adipati Sultan Hadiwijaya melakukan sayembara, “siapa yang berhasil membunuh Arya Penangsang, akan dikasih separo Bumi Pajang (sigar semongko menurut jawa)”. Ki Juru Martani dan Ki Ageng Pamanahan ikut dalam sayembara itu. Mereka menyusun siasat dan melibatkan Danang Sutawijaya (anak angkat Adipati Sultan Hadiwijaya). Dalam menyusun siasat itu mereka menggunakan kuda betina dan pusaka tombak kyai plered milik Adipati Sultan Hadiwijaya.
Arya Penangsang mengirim utusan pasukan sureng untuk membunuh Adipati Sultan Hadiwijaya dengan membawa keris kyai brongot setan kober. Akan tetapi pasukan sureng tidak berhasil membunuh Adipati Sultan Hadiwijaya dan kerisnya direbut oleh Adipati Sultan Hadiwijaya. Mereka malah tertangkap ketika mau membunuh Adipati Sultan Hadiwijaya. Akan tetapi, mereka tidak dihukum melainkan diberi hadiah dan disuruh kembali ke Jipang. Kemudian pulanglah para utusan Arya Penangsang ke Jipang. Lalu setelah sampai di Jipang para utusannya menghadap kepada Arya Penangsang. Para utusan tersebut mengatakan bahwa mereka tertangkap oleh Adipati Sultan Hadiwijaya pada saat mau membunuhnya, dan mereka diberi hadiah. Mendengar perkataan  para utusannya itu, yang juga membawa hadiah dari Adipati Sultan Hadiwijaya, Arya Penangsang merasa tersinggung dan sangat marah.
Kemudian Adipati Sultan Hadiwijaya berniat untuk mengembalikan keris kyai brongot setan kober yang berhasil direbut dari pasukan para sureng yang diutus oleh Arya Penangsang. Sebelum Adipati Sultan Hadiwijaya datang, Sunan Kudus berkata kepada Arya Penangsang “ ngene ngger mengko yen Hadiwijaya  rene, kon lenggah ing kursi ku iki (kursinya sudah diberi japa supaya Adipati Sultan Hadiwijaya apes dan kesaktiannya hilang)”. Namun, setelah Adipati Sultan Hadiwijaya sampai, malah Arya Penangsang yang duduk di kursi tersebut. Karena Arya Penangsang lupa dan menduduki kursi tersebut, kesaktian Arya Penangsang berkurang dan hilang.
Lalu untuk mengembalikan kesaktiannya, Arya Penangsang di suruh untuk berpuasa selama 40 hari tanpa makan, minum, tidak boleh melihat orang lain dan juga tidak boleh tidur. Ketika itu, Adipati Sultan Hadiwijaya mengadakan sayembara untuk melawan Arya Penangsang, “Barang siapa yang mampu membunuh Arya Penangsang, akan di beri hadiah tanah pati dan hutan mataram”. Ki Juru Martani, Ki Ageng Pamanahan dan adik angkatnya Ki Penjawi yang merupakan abdi dalem Adipati Sultan Hadiwijaya, ikut dalam sayembara itu. Ki Ageng Pamanahan dan Ki Juru Martani menyusun siasat perang untuk melawan Arya Penangsang. Ki Juru Martani menyarankan kepada Ki Ageng Pamanhan agar membawa tombak pusaka Kyai Plered milik Adipati Sultan Hadiwijaya. Karena degan tombak itulah yang hanya mampu membunuh Arya Penangsang.
Atas saran tersebut, Ki Ageng Pamanahan memohon kepada Adipati Sultan Hadiwijaya, agar mengikut sertakan anak angkatnya yang bernama Danang Sutawijaya untuk ikut perang. Dengan begitu, pasti Adipati Sultan Hadiwijaya akan meminjamkan tombak pusaka miliknya. Kemudian Adipati Sultan Hadiwijaya setuju dan meminjamkan tombak pusakanya kepada Danang Sutanwijaya. Setelah itu, Ki Ageng Pamanahan beserta rombongannya berangkat ke Jipang. Penyarangan dipimpin oleh Ki Juru Martani. Ketika tiba di tepi sungai Bengawan Solo yang merupakan tapal batas dengan wilayah Jipang. Ki Juru Martani segera untuk menyusun siasat. Dangan Sutawijaya yang tampak berdiri disamping kuda putih yang akan ditungganginya untuk melawan Arya Penangsang. Dan di tangannya tergenggam tombak pusaka Kyai Plered yang ujungnya sudah ditutupi kain putih dan diberi rangkaian bunga melati.
Lalu di tepi sungai tampak seorang pekatik kuda yang sedang mencari rumput untuk kuda milik Araya Penangsang. Ki Juru Martani segera menangkap pekatik kuda tersebut dan memotong telinganya lalu di  kalungkan surat tantangan atas nama Adipati Sultan Hadiwijaya. Kemudian si pekatik kuda di suruh segera kembali ke Jipang untuk menghadap Arya Penangsang. Pada saat itu, Arya Penangsang  sedang  berpesta merayakan keberhasilannya berpuasa 40 hari. Kemudian datanglah pekatik kuda tersebut dan menyerahkan surat tantangan atas nama Adipati Sultan Hadiwijaya itu kepada Arya Penangsang. Setelah membaca isi surat tantangan tersebut, Arya Penangsang langsung menggebrak meja. Lalu segera mengenakan pakaian perang dan membawa keris pusakanya Kyai Brongot Seta Kober. Dengan penuh amarah, Arya Penangsang segera menunggangi kudanya Kyai Gagak Rimang menuju sungai tapal batas wilayah Jipang. Setibanya di tepi sungai, Arya Penangsang melihat anak kecil yang menunggangi kuda putih dengan membawa tombak diseberang sungai. Anak kecil tersebut tak lain adalah Danang Sutawijaya. Melihat Danang Sutawijaya, Arya Penangsang tambah semakin marah, karena merasa diremehkan untuk melawan anak kecil yang masih berumur 10 tahun.
Arya Penangsang tidak sanggup menahan emosinya dan segera menarik tali kekang Kyai Gagak Rimang. Sehingga kuda itu meringkik dan berlari menapaki dasar sungai bengawan. Tanpa ragu Danang Sutawijaya segera menghela kuda putih yang di tungganginya. Begitu berhadap-hadapan dengan Arya Penangsang, Danang Sutawijaya segera memutar arah kudanya sehingga membelakangi kuda Arya Penangsang. Kuda hitam kesayangan Arya Penangsang tiba-tiba bertingkah aneh dan menjadi liar karena melihat kuda yang di tunggangi Danang Sutawijaya adalah kuda betina.
Semakin lama kuda Arya Penangsang semakin liar dan berontak sehingga Arya Penangsang kerepotan. Melihat Arya Penangsang sibuk mengendalikan kudanya, Danang Sutawijaya segera menusukkan tombak pusaka Kyai Plered ke perut Arya Penangsang dan ususnya terurai keluar. Arya Penangsang yang sakti itu segera meraih ususnya yang terurai itu dan dililitkan ke tubuhnya. Dan segera menarik tali kekang kudanya untuk mengejar Danang Sutawijaya. Arya Penangsang segera merai tubuh Danang Sutawijaya dan membantingnya ke tanah hingga tak berdaya. Arya Penangsang segera turun dari kudanya, lalu menginjak dada Danang Sutawijaya. Melihat Danang Sutawijaya dalam bahaya, Ki Ageng Pamanahan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Ia segera menggunakan siasat dengan berpura-pura memihak kepada Arya Penangsang. Ki Ageng Pamanahan berkata, “Hai, Penangsang! Habisilah nyawa anak Hadiwijaya itu”.
Arya Penangsang baru menyadari bahwa Danang Sutawijaya adalah anak musuhnya. Dengan geram, Arya Penangsang segera mencabut keris Kyai Brongot Setan Kober dari pinggangnya. Namun, Arya Penangsang lupa bahwa ususnya tersampir diwarangka keris pusaka itu. Begitu mengangkat kerisnya ususnya langsung putus. Arya Penangsang pun meninggal. Setelah Arya Penangsang meninggal, Ki Ageng Pamanahan dan rombongannya kembali ke Pajang. Dan melaporkan kepada Adipati Sultan Hadiwijaya, bahwa Arya Penangsang sudah gugur. Adipati Sultan Hadiwijaya pun senang mendengar kabar tersebut. Sesuai dengan perjanjiannya, maka Adipati Sultan Hadiwijaya memberikan hadiah yang sudah dijanjikannya yaitu tanah pati dan tanah di hutan mataram. Tak menunda waktu lama, diutuslah beberapa prajurid ke Jepara untuk mengabarkan hal serupa kepada Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat bergembira dan bersedia menyudahi tapa telanjangnya. Dia lantas ikut rombongan pasukan Pajang menuju ibukota Pajang. Tewasnya Arya penangsang membuat gempar seluruh bangsawan Jawa, Tak terkecuali Sunan Kudus.
Kini, tidak ada lagi penguasa Jawa yang kuat selain Adipati Sultan Hadiwijaya di Pajang. Beberapa minggu kemudian, upacara besar dilaksanakan. Disaksikan oleh para pembesar Demak Bintara, Ratu Kalinyamat menyerahkan tahta Demak Bintara kepada adik iparnya, Adipati Sultan Hadiwijaya. Keputusan ini banyak disokong oleh berbagai pihak. Namun sesuai janji semula, Pajang harus berbentuk Kesultanan, bukan Kerajaan. Oleh karenanya, Adipati Sultan Hadiwijaya lantas dikukuhkan sebagai seorang Sultan dengan gelar Kangjeng Adipati Sultan Hadiwijaya. Putra Ki Ageng Pengging, kini telah resmi memegang tampuk pemerintahan Jawa. Ramalan Sunan Kalijaga, terbukti sudah. Kini, Ki Mas Karebet atau Jaka Tingkir telah menjadi seorang Raja penguasa Tanah Jawa.

Selasa, 05 Januari 2016

CERPEN : PENGORBANAN



Pengorbanan
Karya : Sholeh Hudin

            Hari senin adalah hari yang sangat menyebalkan bagi Sholeh dan Suwarno, karena hari senin harus melaksanakan upacara bendera dan yang paling menyebalkan bagi kami berdua menjadi petugas upacara. Akhirnya Sholeh mengajak Suwarno untuk membolos pada hari senin dan memutuskan untuk pergi ke Waduk Gajah Mungkur. Sepulang dari sekolah sehari sebelumnya, Sholeh telah memeriksa sepeda barunya yang dibelikan oleh ayahnya. Maksud hati bepergian akan goncengan dengan Suwarno. Suwarno dipesan menunggu di depan pasar Manyaran. Ibu dan bapak Sholeh tidak mengetahui rencana tersebut. Sekalipun tahu keberangkatan Sholeh dari rumah, tetapi orangtuanya tidak mengerti niat sesungguhnya. Seperti biasanya, ibu bapak Sholeh mengira Sholeh berangkat ke sekolah, sebab pada hari itu Sholeh mengenakan seragam sekolah. Ibu dan bapak Sholeh tidak berpikiran bahwa Sholeh akan membolos sekolah.
            Seperti pada jam yang ditentukan, Sholeh telah tiba di pasar Manyaran. Namun Sholeh agak kecewa karena Warno belum tampak menunggu ditempat yang telah dijanjikan. Sholeh terus mencoba bersabar. Dua  menit, sepuluh menit sampai seperempat jam Warno belum terlihat. Sholeh agak kesal, ia menduga jangan-jangan Warno tidak jadi berangkat. Setelah jam 8.00 lewat Warno datang terengah-engah.
“Maaf, Leh. Saya terlambat.”
“Mengapa terlambat, No?”
“Tadi di jalan terjadi kecelakaan, akhirnya jalanan jadi macet total”, penjelasan Suwarno.
Akhirnya Sholeh memaafkan Suwarno dan tidak jadi marah kepada Warno.
“Bagaimana, Leh? Kita jadi berangkat tidak?”
“Harus, kita sudah terlanjur untuk membolos, mengapa rencana tidak kita laksanakan?”
“Ok, Leh.”
            Setelah semua sudah siap, Sholeh sambil naik di jok dan mesin dihidupkan, karena motornya masih baru, maka sekali digenjot mesin bisa hidup. Jalan Manyaran telah dilalui, dengan hati-hatinya Sholeh berkendara tidak terlalu kencang. Gunungan, Bero dan Wuryantoro dilalui dengan aman-aman saja. Tapi disebelah selatan Wonogiri, ada petugas jaga. Sholeh tidak melihat bahwa ditempat itu ada penjagaan polisi, Sholeh tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyerah kepada polisi.


 

 

“Adik membawa STNK dan sudah punya SIM?’ Tanya polisi kepada Sholeh.
“Tidak, pak!” Dan saya belum cukup umur untuk membuat SIM.”
“Adik mau kemana?”
“Ke Waduk Gajah Mungkur, pak.”
“Apakah adik-adik tidak masuk sekolah?”
“Tidak, pak!”
“Jadi adik-adik ini membolos?”
“Iya, pak!”
“Sekarang sepeda adik saya tahan, lalu siapa nama kalian?”
“Saya Sholeh dan teman saya ini Suwarno.”
“Dimana alamat kalian?”
“Alamat orang tua saya Pengkol, Pijiharjo, Manyaran”. Sholeh menjelaskan.
            Setelah polisi mencatat nama dan alamat, mereka disuruh pulang sedangkan kendaraannya ditahan di kantor kepolisian. Setelah sampai dirumah, Sholeh berkata jujur dengan ayahnya walaupun Sholeh tampak ketakutan.
“Pak, sepeda motor bapak ditahan.”
“Ditahan?”
“Iya, pak.”
“Mengapa ditahan?”
“Saya tidak membawa STNK dan belum punya SIM.”
“Ditahan dimana?”
“Dikantor kepolisian Wonogiri, pak!”
“Jadi kamu tidak masuk sekolah dan membolos?”
“Iya, pak.” Sholeh sangat ketakutan.
            Mendengar jawaban anaknya seperti itu, hari yang telah dijanjikan

RESEP NASI GORENG JAWA





 





Bahan bahan Resep Nasi Goreng Jawa Spesial Enak dan Mantap
  1. Seperti namanya, resep masakan nasi ini membutuhkan nasi putih yang bagus kurang lebih sebanyak 500 gram saja. Dinginkan dahulu sebelum dimasak dengan bahan lain dan sebaiknya jangan menggunakan nasi yang lembek. Lebih bagus gunakan nasi yang sedikit pera supaya hasilnya maksimal.
  2. Daging ayam kurang lebih 1-2 potong. Rebus dahulu daging sampai matang lalu goreng sampai matang dan iris iris daging ayam kecil kecil.
  3. Garam dapur beryodium secukupnya sesuai selera atau kurang lebih sebanyak satu sendok kecil saja.
  4. Sayuran kol yang masih segar kurang lebih sebanyak 3 lembaran besar. Cuci bersih lalu iris kecil kecil.
  5. Daun bawang yang masih segar kurang lebih sebanyak 1 batang saja. Cuci bersih lalu potong iris kecil kecil.
  6. Telur ayam ukuran sedang besar sebanyak 2-3 butir.
  7. Gula pasir putih kurang lebih sebanyak 3/4 sendok makan saja.
  8. Kecap manis kualitas bagus secukupnya atau kurang lebih sebanyak satu sendok makan saja.
  9. Kemiri yang sudah disangrai sebelumnya kurang lebih sebanyak 2 butir saja untuk bumbu tumis.
  10. Ebi yang sudah disangrai supaya resep nasi gorengnya lebih sedap kurang lebih sebanyak setengah sendok kecil saja.
  11. Bawang merah lokal ukuran sedang besar kurang lebih sebanyak 4 butir. Kupas kulitnya lalu potong kecil suapay mudah saat mau dihaluskan.
  12. Buah cabai merah besar segar kurang lebih sebanyak 1 pcs saja. Cuci bersih lalu iris iris supaya mudah saat dihaluskan dengan bumbu lain.
  13. Buah cabai merah keriting sesuai selera atau kurang lebih sebanyak 3-4 pcs. Cuci bersih lalu iris iris untuk dihaluskan.
  14. Merica bubuk atau halus kurang lebih sebanyak setengah sendok kecil saja. Bisa dikurangi kalau tidak suka pedas.
  15. Bawang putih ukuran sedang besar kurang lebih sebanyak 2 pcs saja. Kupas kulitnya lalu potong kecil kecil suapya mudah saat dihaluskan nanti.
  16. Minyak goreng secukupnya untuk menumis bumbu nasi gorengnya.
  17. Irisan bawang merah goreng untuk taburan diatas nasi goreng jawanya secukupnya.
  18. Beberapa potong buat mentimun segar yang sudah di potong potong untuk bahan pelengkap.
  19. Acar secukupnya untuk bahan pelengkap.
  20. Beberapa irisan buah tomat merah segar untuk hiasan supaya tampilannya lebih menarik dan segar.
Cara Membuat Nasi Goreng Jawa dengan Bumbu Spesial
  1. Langkah pertama adalah menghaluskan cabai merah, cabai keriting, kemiri, ebi sangrai, bawang putih, merica dan bawang merah sampai benar benar halus.
  2. Siapkan penggorengan dengan api sedang kecil dan beri minyak secukupnya lalu masukkan bumbu bumbu yang sudah dihaluskan diatas sambil sesekali diaduk aduk sampai tercium bau harum khas tumisannya.
  3. Setelah matang sisihkan bumbu tumisannya ke bagian pinggir wajan terus masukkan sedikit minyak goreng.
  4. Masukkan 2 butir telur ayamnya dan aduk aduk di dalam wajan sampai telurnya matang.
  5. Masukkan nasi putih dingin, garam dapur beryodium dan gula pasirnya lalu aduk aduk bersama dengan bumbu tumis dan telurnya sampai semua bahan benar benar tercampur rata.
  6. Tambahkan kecap manis lalu aduk aduk lagi sampai semua bahan tercampur rata dan tidak ada gumpalan gumpalan nasi.
  7. Masukkan daging ayamnya, potongan kol dan daun bawangnya lalu aduk aduk lagi sampai semua bahan tercampur rata.
  8. Cicipi terlebih dahulu dan kalau perlu tambahkan garam dan kecpa manisnya lalu masak sambil diaduk aduk sampai matang.
  9. Setelah matang masukkan ke dalam piring sajian dan tambahkan irisan tomat, mentimun, acar dan taburkan bawang merah gorengnya lalu siap disajikan untuk semua anggota keluarga.