Selasa, 05 Januari 2016

CERPEN : PENGORBANAN



Pengorbanan
Karya : Sholeh Hudin

            Hari senin adalah hari yang sangat menyebalkan bagi Sholeh dan Suwarno, karena hari senin harus melaksanakan upacara bendera dan yang paling menyebalkan bagi kami berdua menjadi petugas upacara. Akhirnya Sholeh mengajak Suwarno untuk membolos pada hari senin dan memutuskan untuk pergi ke Waduk Gajah Mungkur. Sepulang dari sekolah sehari sebelumnya, Sholeh telah memeriksa sepeda barunya yang dibelikan oleh ayahnya. Maksud hati bepergian akan goncengan dengan Suwarno. Suwarno dipesan menunggu di depan pasar Manyaran. Ibu dan bapak Sholeh tidak mengetahui rencana tersebut. Sekalipun tahu keberangkatan Sholeh dari rumah, tetapi orangtuanya tidak mengerti niat sesungguhnya. Seperti biasanya, ibu bapak Sholeh mengira Sholeh berangkat ke sekolah, sebab pada hari itu Sholeh mengenakan seragam sekolah. Ibu dan bapak Sholeh tidak berpikiran bahwa Sholeh akan membolos sekolah.
            Seperti pada jam yang ditentukan, Sholeh telah tiba di pasar Manyaran. Namun Sholeh agak kecewa karena Warno belum tampak menunggu ditempat yang telah dijanjikan. Sholeh terus mencoba bersabar. Dua  menit, sepuluh menit sampai seperempat jam Warno belum terlihat. Sholeh agak kesal, ia menduga jangan-jangan Warno tidak jadi berangkat. Setelah jam 8.00 lewat Warno datang terengah-engah.
“Maaf, Leh. Saya terlambat.”
“Mengapa terlambat, No?”
“Tadi di jalan terjadi kecelakaan, akhirnya jalanan jadi macet total”, penjelasan Suwarno.
Akhirnya Sholeh memaafkan Suwarno dan tidak jadi marah kepada Warno.
“Bagaimana, Leh? Kita jadi berangkat tidak?”
“Harus, kita sudah terlanjur untuk membolos, mengapa rencana tidak kita laksanakan?”
“Ok, Leh.”
            Setelah semua sudah siap, Sholeh sambil naik di jok dan mesin dihidupkan, karena motornya masih baru, maka sekali digenjot mesin bisa hidup. Jalan Manyaran telah dilalui, dengan hati-hatinya Sholeh berkendara tidak terlalu kencang. Gunungan, Bero dan Wuryantoro dilalui dengan aman-aman saja. Tapi disebelah selatan Wonogiri, ada petugas jaga. Sholeh tidak melihat bahwa ditempat itu ada penjagaan polisi, Sholeh tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyerah kepada polisi.


 

 

“Adik membawa STNK dan sudah punya SIM?’ Tanya polisi kepada Sholeh.
“Tidak, pak!” Dan saya belum cukup umur untuk membuat SIM.”
“Adik mau kemana?”
“Ke Waduk Gajah Mungkur, pak.”
“Apakah adik-adik tidak masuk sekolah?”
“Tidak, pak!”
“Jadi adik-adik ini membolos?”
“Iya, pak!”
“Sekarang sepeda adik saya tahan, lalu siapa nama kalian?”
“Saya Sholeh dan teman saya ini Suwarno.”
“Dimana alamat kalian?”
“Alamat orang tua saya Pengkol, Pijiharjo, Manyaran”. Sholeh menjelaskan.
            Setelah polisi mencatat nama dan alamat, mereka disuruh pulang sedangkan kendaraannya ditahan di kantor kepolisian. Setelah sampai dirumah, Sholeh berkata jujur dengan ayahnya walaupun Sholeh tampak ketakutan.
“Pak, sepeda motor bapak ditahan.”
“Ditahan?”
“Iya, pak.”
“Mengapa ditahan?”
“Saya tidak membawa STNK dan belum punya SIM.”
“Ditahan dimana?”
“Dikantor kepolisian Wonogiri, pak!”
“Jadi kamu tidak masuk sekolah dan membolos?”
“Iya, pak.” Sholeh sangat ketakutan.
            Mendengar jawaban anaknya seperti itu, hari yang telah dijanjikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar